SUARA MERDEKA PEKALONGAN-Turki. Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Ankara mencatat 103 Warga Negara Indonesia (WNI) yang berhasil diketahui keberadaannya di sekikar lokasi gempa Turki. Di antara para WNI itu terdapat 3 orang yang mengalami patah tulang. Sebagian besar rumah mereka hancur akibat gempa.
Adapun WNI yang belum diketahui keberadaannya berjumlah 5 orang. Mereka masih dinyatakan hilang kontak pasca gempa. Kelima WNI tersebut diketahui berdomisili di Provinsi Hatay dan Dyarbakir.
Hal itu disampaikan Duta Besar RI di Ankara, Lalu Muhammad Iqbal dalam keterangan pers difasilitasi Kementerian Luar Negeri RI, Selasa 7 Februari 2023 dikutip dari laman rri.co.id.
Baca Juga: Indonesia Kirim 1 Kontainer Bantuan Logistik ke Lokasi Gempa Turki
"Ada satu ibu dengan dua anak mereka tinggal di Antakya (Provinsi Hatay-red), sampai saat ini belum berhasil kami hubungi. Tapi, kami sudah mencoba melalui simpul-simpul masyarakat," kata Iqbal
"Dan akan terus kami coba. Kami sudah koordinasi juga dengan otoritas setempat mengenai ibu dan dua anak ini," ujar Iqbal.
Lebih lanjut Lalu Muhammad Iqbal mengungkapkan 2 WNI berprofesi sebagai terapis spa di Provinsi Dyarbakir, juga diketahui hilang kontak pascagempa. Namun, pihaknya memastikan akan menindaklanjuti upaya pencarian kedua WNI terapis spa melalui tim KBRI Ankara yang dikirim.
"Di Dyarbakir ada dua pekerja spa terapis, yang sampai saat ini juga belum bisa kami hubungi. Bahkan, di grup Whatsapp teman-teman pekerja spa terapis di Dyarbakir sama sekali belum memberikan response," ucapnya.
Baca Juga: Membantu Tangani Korban Gempa, PMI Segera Kirim Relawan ke Turki
Menurut Muhammad Iqbal, saat ini kondisi jalan untuk mengakses Provinsi Dyarbakir yang rusak tidak bisa dilalui. Sehingga dipastikan akan memperlambat pergerakan tim untuk tiba di lokasi.
"Tapi, kemungkinan besar yang akan memakan banyak waktu adalah yang di Dyarbakir. Karena, baru saja diinformasikan otoritas setempat ada tiga jalan menuju Dyarbakir yang sudah tidak bisa digunakan," ucap Iqbal.
"Sehingga, harus menggunakan jalur alternatif. Dalam kondisi normal ke Dyarbakir itu 10 jam, mungkin sekarang bisa dicapai dalam waktu 16 jam," kata Iqbal.
"Cuaca juga sangat ekstrim karena dalam dua minggu ini terjadi badai salju. Sehingga, sulit melakukan pergerakan," ucapnya.
Baca Juga: Pasca Gempa Susulan, Warga Jayapura Utara Tinggalkan Pengungsian
Artikel Terkait
Bom Meledak di Istambul Turki Timbulkan Korban Tewas dan Luka