SUARA MERDEKA PEKALONGAN-Jakarta. Anggaran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), BPJS Kesehatan tergerus untuk membiayai pengobatan penyakit jantung. Pasalnya di antara delapan penyakit katastropik atau penyakit yang membutuhkan perawatan medis lama dan berbiaya tinggi, penyakit jantung adalah yang tertinggi.
Hal itu diungkapkan Ketua Yayasan Jantung Indonesia Cabang Kabupaten Cirebon dr Gugun Iskandar Hadiyat dikutip dari laman rri.co.id pada Sabtu Februari 2023.
Baca Juga: Seorang Pengendara Mobil Alami Serangan Jantung Saat Berada di Jalan Raya
Gugun mengungkapkan dari Dana BPJS Kesehatan sebesar Rp23 triliun, ternyata 11 triliun atau 50 persen digunakan untuk pasien penyakit jantung. Jauh di atas pembiayaan pasien kemoterapi cancer hanya 18 persen, stroke 13 persen, cuci darah untuk penyakit ginjal 11 persen dan lainnya.
"Untuk itu BPJS Kesehatan kini lebih menitikberatkan pada upaya preventif. Serta promotif,"ujar Gugun.
Situasi itu tak lepas dari meningkatnya penderita penyakit jantung yang dipaparkan Gugun di awal pembicaraan.
Menurutnya, dalam lima tahun terkakhir penyakit jantung merupakan penyakit yang mematikan. Pasalnya penyakit jantung menjadi penyebab kematian utama di antara para warga yang mengalami gangguan kesehatan. Data itu berdasarkan riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan RI tahun 2013-2018.
Baca Juga: Pisang Mampu Mengatasi Penyakit Asam Lambung. Simak Penjelasannya
Selama lima tahun terakhir pula menunjukkan insidensi penyakit jantung dan pembuluh darah meningkat hampir tiga kali lipat
"Insidensi adalah jumlah kasus baru penyakit yang ditemukan pada populasi individu. Yang berisiko selama interval waktu tertentu," kata Gugun.
Lebih jauh Gugun menyampaikan, insidensi penyakit jantung dan pembuluh darah pada tahun 2013 hanya 0,5. Tapi meningkat tiga kali lipat pada tahun 2018 telah mencapai 1,5 persen.
"Bagaimana kami di Perhimpunan Dokter Jantung Spesialis Cardiovasculer, kalau dulu mungkin konotasi penyakit jantung menyerang usia lanjut. Tapi sekarang pasien yang usianya kurang dari 40 tahun ternyata tiap tahun itu meningkat sekitar 2 persen," ujar Gugun.
Baca Juga: Akibat dari Penyakit Bawaannya, Seorang Remaja di Brazil Meninggal Setelah Mendapat Suntikan Vaksin
Kemudian Gugun menunjukkan, sebagaimana laporan WHO, insidensi penyakit jantung dan pembuluh darah di dunia pada tahun 2019 meningkat. Mencapai lebih dari 17 juta orang dan 85 persen adalah penyakit jantung koroner. ***
Artikel Terkait
BPJS Ketenagakerjaan Kelola Dana Rp 607 Triliun. Begini Pesan Presiden Jokowi