SUARA MERDEKA PEKALONGAN-Jakarta. Sektor industri manufaktur Indonesia menunjukkan trend yang positif sepanjang tahun 2022. Hingga triwulan III-2022 pertumbuhan industri manufaktur tercatat 4,88 persen. Bahkan sektor manufaktur itu mampu mencetak nilai ekspor sebesar USD189,88 miliar selama Januari-November 2022.
Data itu mengemuka saat Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita melakukan konferensi pers Outlook Industri 2023 di Jakarta belum lama ini.
“Trend positif pertumbuhan industri olahan nonmigas sejak tahun 2021 terus berlanjut. Ini membuktikan kita dapat menjaga pertumbuhan sektor industri, dan terlalu berlebihan jika ada yang menyebut terjadi deindustrialisasi,” kata Agus Gumiwang.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Pada 2023 Diprediksi Lebih Rendah, Ini Pemicunya
Mencermati angka itu Memperin Agus optimis, pertumbuhan sektor manufaktur di tahun 2023 masih akan lebih tinggi dibandingkan tahun 2022.
Data kemenperin menunjukkan, hingga triwulan III-2022 pertumbuhan industri manufaktur tercatat 4,88 persen. Menperin memproyeksikan pertumbuhannya sepanjang tahun 2022 bisa mencapi 5 persen.
“Kontribusi sektor industri pengolahan pada perekonomian nasional, hingga triwulan III-2022 sebesar 16,10 persen dari PDB. Dan menjadi sektor yang memberikan kontribusi tertinggi dibandingkan sektor lainnya,” ucap Menperin Agus.
Baca Juga: Soal Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023, Begini Prediksi Lembaga Dunia
Nilai ekspor industri manufaktur dari Januari-November 2022 tercatat sebesar USD189,88 miliar. Sedangkan capaian investasi hingga triwulan III-2022 mencapai Rp343,06 triliun, dengan serapan tenaga kerja sebesar 19,11 juta orang.
“Perkembangan tersebut sejalan dengan perkembangan Indeks industri manufaktur atau PMI, yang selama 15 bulan terakhir di level ekspansi. Begitu pula dari Indeks Kepercayaan Industri yang pada Desember 2022 berada di level 50,9, menunjukkan industri berada pada level ekspansif,” ujar Menperin Agus.
Pada kesempatan tersebut, Menperin Agus juga mengatakan bahwa pandemi tidak lagi menjadi faktor yang mengganggu proses produksi. Tapi masih ada tantangan lainnya di tahun 2023, utamanya dari perkembangan konflik geopolitik yang menyebabkan ketidakpastian masih tinggi.
“Maka yang perlu kita antisipasi di tahun depan adalah pertumbuhan ekonomi yang melambat dan gangguan dari rantai pasok. Selain itu, depresiasi nilai tukar mata uang, harga komoditas yang tinggi, krisis pangan dan energi, juga perlu diantisipasi,” kata Menperin Agus memberi penjelasan.
Baca Juga: Presiden Jokowi : Industri Kreatif Bisa Mendorong Pemulihan Ekonomi Global. Ini Alasannya
Meski demikian, Menperin menegaskan akan tetap optimis apapun yang terjadi. Ia memproyeksikan pertumbuhan industri manufaktur di tahun 2023 sebesar 5,1-5,4 persen.
“Nilai ekspor tahun depan diprakirakan ada di titik 240 miliar dollar. Sedangkan investasi dapat mencapai 450 trilun rupiah, dengan serapan tenaga kerja sebanyak 20 juta orang,” kata Menperin Agus menutup keterangannya. ***
Artikel Terkait
Geliat Industri Manufaktur di Indonesia. Investasi Baru Tembus Rp 365 Trliliun