SUARA MERDEKA PEKALONGAN-Jakarta. Ketidakpastian ekonomi global pada 2023 akan memicu perlambatan kinerja ekspor Indonesia untuk produk manufaktur yang masih mendominasi ekspor Indonesia.
Meski demikian pertumbuhan ekonomi Indonesia berpeluang naik menjadi enam persen. Pertumbuhan itu lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi kawasan Eropa, Korea Selatan, bahkan Tiongkok. Hal itu disebabkan adanya kenaikan harga komoditas dan hilirisasi sektor pertambangan.
Baca Juga: Sri Mulyani: Pemerintah Naikkan Cukai Semua Jenis Rokok. Ini Besarannya
Terkait hilirisasi menjadikan Indonesia mendapatkan nilai tambah atas barang tambang yang dijual karena berupa produk yang sudah jadi
Analisa itu disampaikan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu di Bogor, Jawa Barat, Sabtu 5 November 2022.
Dilansir dari laman rri.co.id, Febrio menjelaskan bahwa perekonomian global tahun 2023 masih akan diwarnai perlambatan ekonomi dan ketidakpastian yang tinggi di sektor keuangan. Ia memprediksi negara AS, Inggris, dan zona Eropa dipastikan akan mengalami resesi.
"Indonesia ekonominya masih punya peluang untuk tetap tumbuh kuat. Dibandingkan negara-negara G20 dan ASEAN, Indonesia berada di top of the chart," kata Febrio Kacaribu dalam pengarahan media di Bogor, Sabtu 5 November 2022.
Baca Juga: Penuhi Kebutuhan Gula Nasional, Presiden Jokowi: Tingkatkan Mutu Bibit Tebu
Risiko tersebut sudah terasa dalam perkembangan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia. PMI manufaktur Indonesia mulai menurun pada September dan Oktober 2022. PMI manufaktur Indonesia di bulan Oktober sebesar 51,8, lebih rendah dibanding PMI September yang tercatat 53,7.
Artikel Terkait
Bank Dunia Puji Indonesia yang Mampu Menjaga Pertumbuhan Ekonomi. Ini Parameternya
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tercatat Lampaui Target. Ini Angkanya